fotoku

fotoku
FOTOKU BERSAMA TEMAN-TEMAN SAAT BERKUNJUNG KE LOMPAT BATU

Senin, Juli 06, 2009

MENJAWAB KERAGUAN ORANG KRISTEN DALAM MEMILIH

Memilih Bagi Orang Kristen, Hak atau Kewajiban?
oleh Fasaoga

Banyak diantara kalangan jemaat (rakyat) digereja, persekutuan, dan komunitas kristen memperdebatkan apakah orang kristen boleh terlibat atau tidak dalam politik? Apakah memilih itu hak atau kewajiban? Ada banyak argumen yang dilontarkan oleh jemat untuk menjawab pertanyaan ini, baik yang setuju ataupun tidak setuju dan yang menyatakan hak atau kewajiban. Tetapi ada hal yang perlu dipahami orang kristen yaitu keberadaan kita dan hakekat politik tersebut. Sebagai manusia ciptaan Tuhan, kita diberi tugas dan tanggung jawab Sang Pencipta. Yesus berkata: “kamu adalah garam dunia” (Matius, 5:13). Ini artinya diberiNYA tugas dan tanggung jawab menggarami dunia. Sifat garam adalah asin. Tidak jarang garam digunakan sehari-hari dalam makanan karena kemampuan pengaruhnya mengubah cita rasa. Proses pelarutan garam tidak tampak oleh kita, tapi pengaruhnya sangat terasa. Kalau kita memaknai dalam kehidupan perpolitikan bahkan aspek lainnya seperti ekonomi, sosial, dan sebagainya berarti orang kristen mempunyai peranan, tugas,dan tanggung jawab yang sangat besar “sebagai garam”. Berperan sebagai garam, orang kristen tidak perlu melihat “kuantitas (jumlah)”, melainkan pada “kualitas iman, kasih, karakter, dan intelektual”. Kualitas itulah yang harus mempengaruhi kondisi bangsa. Hendaknya orang kristen tidak kehilangan visi dan misi kristiani atau tenggelam dalam pergolakkan politik (dunia). Orang kristen harus memiliki dan mempertahankan sikap positif, konstruktif, dinamis, dan kritis terhadap masalah bangsa. Politik janganlah dipandang sebagai sesuatu yang tabu atau kotor, najis. Sebab politik pada dasarnya bermakna “menata”; “mengatur” dan memiliki tujuan “untuk menyejahterakan rakyat”. Memang praktik perpolitikkan saat ini telah kehilangan makna dan tujuannya. Akan tetapi, itu terjadi karena orang didalamnya (politikus) memiliki hati dan pikiran yang jahat (kotor) terhadap politik itu sendiri. Jadi bukan politiknya yang kotor. Ibarat mobil yang dibawa oleh orang mabuk, maka jalan mobilnya juga seperti orang mabuk. Jadi pengembalian makna dan tujuan politik sangat tergantung pada orang yang terlibat didalamnya (politisi itu sendiri).Hubungannya dengan pemilu adalah hak kita dalam menentukan wakil atau pemimpin kita yang akan membawa kita pada kehidupan yang “tertata”, “teratur” (kedamaian) dan “kesejahteraan”. Sebagai warga bangsa Indonesia, kita punya “hak” dalam memilih bukan suatu kewajiban. Kita boleh memilih ataupun tidak. Namun perlu kita ingat, bahwa keberadaan kita sebagai umat kristiani dibumi Indonesia merupakan “anugerah Allah”, termasuk hak-hak kita. Sebagaimana yang dikatakan rasul Paulus: “tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.....”(Ikorintus, 15:10). Kita bertanggung jawab kepada Tuhan untuk menggunakan berkat yang dikaruniakanNYA pada kita, termasuk sebagai warga Indonesia. DIA menempatkan kita disini karena Tuhan punya maksud dan rencana yang indah dengan memberikan kita tanggung jawab sebagai garam. Jadi persoalannya bukan pada boleh atau tidak menggunakan hak pilih kita, tetapi tanggung jawab kita sebagai garam tadi. Kita memilih salah satu wakil kita atas dasar “tanggung jawab secara vertikal kepada Tuhan” dan secara horizontal kepada negara (warga)”. Sikap golput (tidak memilih) adalah sikap yang tidak bijaksana dan tidak bertanggung jawab. Anda memilih atau tidak, semua rakyat akan diwakili atau dipimpin oleh mereka yang dipilih rakyat banyak.

Sebagai refleksi bagi kita, sikap skeptis, apatis, pesimis harus disingkirkan, dan diubah menjadi sikap positif, optimis, konstruktif, dinamis, dan kritis terhadap masalah bangsa. Politik adalah suatu bidang pelayanan yang seharusnya ditunjukkan kasih Allah itu. KasihNYA nyata dalam upaya setiap warga mengusahakan kesejahteraan umum. Ini suatu tanggung jawab kita dari Tuhan sebagaimana yang dinyatakanNYA kepada nabi Yeremia (29:7): “usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Allah buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Yesus adalah teladan kita dalam menyatakan keberpihakkanNYA terhadap kaum yang kecil, lemah, miskin, dan terpinggirkan. Mari kita mengikuti dan meneladani kepemimpinan Tuhan Yesus.

1 komentar:

  1. Terima kasih atas penyadaran yang saudara buat, teruslah berkreasi untuk negeri. Karena memang betul, jika negeri sejahtera maka itu sejahtera kita juga.
    Amin

    BalasHapus

Silakan berikan komentar anda