fotoku

fotoku
FOTOKU BERSAMA TEMAN-TEMAN SAAT BERKUNJUNG KE LOMPAT BATU

Senin, Juli 06, 2009

CARA ORANG KRISTEN MEMECAHKAN KONFLIK

Prinsip Dalam Memecahkan Masalah
f.zebua

Kata bijak mengatakan tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Kalimat ini ada benarnya tergantung bagaimana sikap kita terhadap permasalahan itu sendiri. Adalah lebih baik dalam mengahdapi segala sesuatu kita punya prinsip “berpikir dahulu baru bertindak bukan bertidak dahulu baru berpikir”. Yang dibutuhkan dalam memecahkan konflik adalah kebijaksanaan dalam mengambil keputusan yang tepat atas persoalan itu. Beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam menghadapi persoalan.1. Kita dapat mengabaikannya. Kita telah membiasakan diri kita untuk mengabaikan masalah, untuk tidak melihat kebanyakan persoalan kita. Seandainya kita tidak sanggup mengabaikan sesuatu, pasti kita semua akan masuk orang yang mengalami gangguan kejiwaan (maaf, barangkali kita semua berada dirumah sakit jiwa). Kita harus mampu melihat persoalan yang mana yang lebih perlu. Dan perlu diingat juga masalah-masalah kecil yang sering muncul kembali adalah gejala adanya masalah tersembunyi yang lebih besar sehingga diperlukan penyelidikan yang lebih mendalam atas persoalan itu.2. Kita dapat menghindarinya. Menghadapi suatu prsoalan prlu adanya ketelitian dan pemahaman yang tepat akan masalah itu sehingga kebijakan yang kita ambil tidak menimbulkan masalah baru yang tadinya tidak ada menjadi ada bahkan mungkin lebih besar lagi.3. Menjaga agar jangan timbul permasalahan. Adanya peluang terjadinya persoalan baru, dibutuhkan pengambilan keputusan yang tepat agar peluang terjadinya masalah tadi tidak terjadi. Ibarat menjauhkan barang/benda tajam dari jangkauan anak-anak dengan menyimpannya ditempat yang tidak dapat dijangkau anak-anak sehingga tidak terjadi resiko yang fatal bagi anak tersebut.4. Memecahkan persoalan itu. Namun perlu diingat juga bahwa tidak semua masalah memiliki pemecahan yang sama, tergntung bentuk/sifat dari masalah itu sendiri. Misalnya apabila muncul suatu kesalahpahaman, maka yang dibutuhkan oleh pihak yang salah paham tersebut untuk memecahkan permasalahan adalah “pengertian”.5. Belajar hidup dalam persoalan itu. Jika suatu masalah itu dianggap suatu hal yang perlu dihindari akan membuat kita tidak pernah menyelesaikan persoalan. Tidak semua konflik menghasilkan hal yang buruk, tapi dapat juga bermanfaat bagi kita yang biasa biasa dalam hidup. Ambil contoh persoalan yang dihasdapi Paulus ketika dia menjadi pengabar injil diberbagai tempat, dia rela untuk dipenjarakan. Tapi apa yang menjadi sikap Paulus sangatlah kontroversial secara logika kita manusia. Paulus menerima dan menyetujui kondisi itu karena keyakinannya terhadap Tuhan (bndg 2 Korintus,2:8-10)6. Sikap orang Kristen terhadap masalah. Jika kita orang yang percaya bahwa firman Tuhan itu benar, persoalan yang kita hadapi bukanlah suatu hal yang ditakuti orang Kristen. Alkitab menunjukkan pada kata bagaimana menghadapi persoalan (konflik) seperti yang disaksikan oleh Paulus dalam (2Korintus 12:8-10) dan yang ditulis oleh hamba-hamba Tuhan lainnnya (bndg Yakobus 1:2-5).
Diposkan oleh ononiha di 8:51:00 AM (disadur dari berbagai sumber)

Masalah Kunjungan ke Nias

PETUGAS PELABUHAN MAIN MATA
Y. Zebua
Adalah sudah menjadi rahasia umum diIndonesia setiap kali ada kecelakaan transportasi, para pihak-pihak yang terkait selalu mencari alasan pembenaran diri. Salah satu contoh baru-baru ini telah terjadi musibah tenggelamnya kapal motor didaerah perairan Sulawesi yang telah menelan korban ratusan jiwa. Betapa tidak berharaganya jiwa seorang manusia dinegeri ini. Ketika masyarakat, media menanyakan kepada pihak yang seharusnya bertanggung jawab dalam musibah in,jawaban yang santer kita dengar adalah faktor alam/cuaca yang tidak bagus. Apakah iya dizaman modern yang serba canggih sekarang ini faktor cuaca tidak dapat mendekteksi hal tersebut atau jika memang tidak ada alat pendeteksinya, setidaknya bisa belajar dari pengalaman kecelakaan yang banyak menimpa transportasi kita belakangan ini? Ataukah hal itu diabaikan demi keuntungan dalam bisnis pelayaran? Sungguh ironis, bangsa yang memiliki maritim yang sangat luas ini, tidak mampu mengadakan peralatan canggih untuk mendeteksi keadaan alam. Sudah saatnya para pihak yang terkait memikirkan perbaikan transportasi kita yang sangat amburadul ini.Namun masalahnya bukan hanya itu saja, faktor dari manusia itu sendiri juga perlu diberi perhatian lebih. Secanggih apapun teknologi yang digunakan, namun jika manusianya tidak memiliki etika baik, tidak akan ada artinya karena manusia itu yang menjadi faktor utamanya dalam pengelolaan alat-alat tersebut. Artinya jikapun peralatan canggih telah diadakan namun manusia sengaja melalaikan tugas dan tanggung jawabnya, maka usaha yang dilakukan akan menjadi sia-sia saja. Sebagai contoh , beberapa waktu yang lalu saya punya pengalaman saat berkunjung ke Pulau Nias bulan Desember 2008 lalau. Saya memulai perjalanan dengan naik angkutan (taxi) dari Medan menuju pelabuhan SIBOLGA. Sesampainya disana saya langsung ke Loket penjualan tiket kapal motor penumpang menuju Nias. Begitu loket dibuka langsung diserbu calon penumpang yang membeli tiket kapal. Begitu terkejutnya saya dalam sejenak petugas loket mengatakan tiket sudah habis. Menurut pengamatan saya, saat itu yang sudah dapat tiket masih sekitar puluhan orang, padahal daya tampung kapal tersebut sekitar 200 orang. Saya pun mencoba cari tahu, dan ternyata dari informan yang saya dapat, tiket cepat habis karena sudah ada orang dalam yang menjual tiket itu kepada para calo. Rasa penasaran saya pun semakin tinggi. Akhirnya saya mencoba mencari orang yang jual tiket diluar. Dan memang benar calo-calo itu meiliki 5-10 tiket, dengan nama yang asal dibuat dan harga satu tiket juga naik antara 200-300% dari harga yang sebenanya. Yang lebih mengherankan lagi, orang yang tidak punya tiket dapat naik kapal tanpa tiket dan jaminan, cukup bayar kepada petugas saja. Penasaran dengan hal itu, saya juga dalam keadaan terdesak, mencoba naik kapal dengan jalur tersebut, dan ternyata memang benar juga. Ketika dilakukan pengecekkan diatas kapal, saya aman-aman saja, tidak diperiksa. Setelah kapal berangkat, saya mencoba jalan-jalan diatas kapal, begitu kagetnya saya melihat penumpang yang harus duduk 5 orang diatas 1 kursi, ada yang duduk ditangga kapal bahkan ditempat pembuangan (maaf: pintu WC), ada juga yang duduk dipinggir-pinggir kapal tersebut yang sangat membahayakan jiwa mereka. Saya memperkirakan penumpang kapal tersebut leih dari tiga ratus orang, belum lagi truk beserta barang, mobil, sepeda motor. Selama perjalanan saya hanya berdoa dalam hati "semoga saja kami tidak terjadi apa-apa dengan keadaan kapal seperti ini".Dan walaupun kami dapat sampai dipelabuhan Gunung Sitoli, namun hatiku begitu mencemaskan. Saya berharap ketika saya kembali dari Nias ( bulan Januari 2009) tidak mengalami hal ini lagi. Akan tetapi harapan itu tidak terwujud, hal yang serupa juga terjadi saat saya mencari tiket kapal menuju pelabuhan Sibolga. Bahkan keadaannya justru lebih buruk lagi. Waktu datang keloket untuk membeli tiket, petugasnya mengatakan tiket telah habis, jika bapak mau tiket, ada tapi harganya mahal (200% dari harga sebenarnya) dan tiketnya diambil diatas kapal nanti. Karena saya juga sudah lelah mencari dan tiket tergesa-gesa pulang, sayapun menyetujui tawaran itu dengan diantar oleh orang yang ditunujuk oleh petugas loket tersebut yang menurut saya orang kepercayaannya. Betapa menyedihkannya setelah saya dikapal saya tidak kunjung dikasih tiket dan juga tidak diperiksa tiket. Keadaan dikapal tidak jauh beda dengan keadaan saat saya berangkat, penumpang berdiri dan berdesak-desakkan seperti musibah pembagian zakat yang terjadi di Jawa Timur beberapa waktu lalu, ada yang duduk ditangga-tangga kapal, tidur dipinggir-pinggir kapal,dan dibagian-bagian kapal yang dapat digunakan untuk duduk, tidur tanpa memperhatikan itu tempat apa. Saya bersama seorang teman yang dijanjikan tiket sebelumnya mengmbil tempat didekat tempat kendaraan dengan beralaskan koran selama dalam perjalanan.Begitulah gambaran transportasi laut kita sekarang ini, begitu memprihatinkan keadaannya. Saya dapat menyimpulkan kecelakaan bahwa musibah demi musibah yang menimpa transportasi kita beberapa tahun terkhir ini lebih disebabkan oleh kelalaian menjalankan tugas oleh pihak terkait dan petugas yang sengaja melalaikan peraturan demi mendapatkan keuntungan. Oleh karenanya peran serta masyarakat, media, LSM dan tindakan tegas pemerintah dalam menegakkan hukum sangat dibutuhkan.

MENJAWAB KERAGUAN ORANG KRISTEN DALAM MEMILIH

Memilih Bagi Orang Kristen, Hak atau Kewajiban?
oleh Fasaoga

Banyak diantara kalangan jemaat (rakyat) digereja, persekutuan, dan komunitas kristen memperdebatkan apakah orang kristen boleh terlibat atau tidak dalam politik? Apakah memilih itu hak atau kewajiban? Ada banyak argumen yang dilontarkan oleh jemat untuk menjawab pertanyaan ini, baik yang setuju ataupun tidak setuju dan yang menyatakan hak atau kewajiban. Tetapi ada hal yang perlu dipahami orang kristen yaitu keberadaan kita dan hakekat politik tersebut. Sebagai manusia ciptaan Tuhan, kita diberi tugas dan tanggung jawab Sang Pencipta. Yesus berkata: “kamu adalah garam dunia” (Matius, 5:13). Ini artinya diberiNYA tugas dan tanggung jawab menggarami dunia. Sifat garam adalah asin. Tidak jarang garam digunakan sehari-hari dalam makanan karena kemampuan pengaruhnya mengubah cita rasa. Proses pelarutan garam tidak tampak oleh kita, tapi pengaruhnya sangat terasa. Kalau kita memaknai dalam kehidupan perpolitikan bahkan aspek lainnya seperti ekonomi, sosial, dan sebagainya berarti orang kristen mempunyai peranan, tugas,dan tanggung jawab yang sangat besar “sebagai garam”. Berperan sebagai garam, orang kristen tidak perlu melihat “kuantitas (jumlah)”, melainkan pada “kualitas iman, kasih, karakter, dan intelektual”. Kualitas itulah yang harus mempengaruhi kondisi bangsa. Hendaknya orang kristen tidak kehilangan visi dan misi kristiani atau tenggelam dalam pergolakkan politik (dunia). Orang kristen harus memiliki dan mempertahankan sikap positif, konstruktif, dinamis, dan kritis terhadap masalah bangsa. Politik janganlah dipandang sebagai sesuatu yang tabu atau kotor, najis. Sebab politik pada dasarnya bermakna “menata”; “mengatur” dan memiliki tujuan “untuk menyejahterakan rakyat”. Memang praktik perpolitikkan saat ini telah kehilangan makna dan tujuannya. Akan tetapi, itu terjadi karena orang didalamnya (politikus) memiliki hati dan pikiran yang jahat (kotor) terhadap politik itu sendiri. Jadi bukan politiknya yang kotor. Ibarat mobil yang dibawa oleh orang mabuk, maka jalan mobilnya juga seperti orang mabuk. Jadi pengembalian makna dan tujuan politik sangat tergantung pada orang yang terlibat didalamnya (politisi itu sendiri).Hubungannya dengan pemilu adalah hak kita dalam menentukan wakil atau pemimpin kita yang akan membawa kita pada kehidupan yang “tertata”, “teratur” (kedamaian) dan “kesejahteraan”. Sebagai warga bangsa Indonesia, kita punya “hak” dalam memilih bukan suatu kewajiban. Kita boleh memilih ataupun tidak. Namun perlu kita ingat, bahwa keberadaan kita sebagai umat kristiani dibumi Indonesia merupakan “anugerah Allah”, termasuk hak-hak kita. Sebagaimana yang dikatakan rasul Paulus: “tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.....”(Ikorintus, 15:10). Kita bertanggung jawab kepada Tuhan untuk menggunakan berkat yang dikaruniakanNYA pada kita, termasuk sebagai warga Indonesia. DIA menempatkan kita disini karena Tuhan punya maksud dan rencana yang indah dengan memberikan kita tanggung jawab sebagai garam. Jadi persoalannya bukan pada boleh atau tidak menggunakan hak pilih kita, tetapi tanggung jawab kita sebagai garam tadi. Kita memilih salah satu wakil kita atas dasar “tanggung jawab secara vertikal kepada Tuhan” dan secara horizontal kepada negara (warga)”. Sikap golput (tidak memilih) adalah sikap yang tidak bijaksana dan tidak bertanggung jawab. Anda memilih atau tidak, semua rakyat akan diwakili atau dipimpin oleh mereka yang dipilih rakyat banyak.

Sebagai refleksi bagi kita, sikap skeptis, apatis, pesimis harus disingkirkan, dan diubah menjadi sikap positif, optimis, konstruktif, dinamis, dan kritis terhadap masalah bangsa. Politik adalah suatu bidang pelayanan yang seharusnya ditunjukkan kasih Allah itu. KasihNYA nyata dalam upaya setiap warga mengusahakan kesejahteraan umum. Ini suatu tanggung jawab kita dari Tuhan sebagaimana yang dinyatakanNYA kepada nabi Yeremia (29:7): “usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Allah buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Yesus adalah teladan kita dalam menyatakan keberpihakkanNYA terhadap kaum yang kecil, lemah, miskin, dan terpinggirkan. Mari kita mengikuti dan meneladani kepemimpinan Tuhan Yesus.

MENGELOLA KONFLIK MENJADI DINAMIKA DALAM PELAYANAN/GEREJA




Mendengar kata konflik bukanlah sesuatu kata yang baru atau juga telah usang ditelinga kita. Siapapun pastilah pernah mendengar,melihat, dan mengalami bahkan mengatasi konflik, baik konflik internal maupun konflik eksternal. Bagi sebagian orang konflik dipandang sebagaii seseuatu yang buruk atau selalu memiliki konotasi negatif. Konflik sering dihubungkan dengan pertengkaran, perkelahian,pengrusakkan, perpecahan dan lain sebagainya. Contohnya adalah konflik di Aceh, di Poso, konflik dalam organisasi seperti konflik di partai kebangkitan bangsa antara Gusdur dengan Muhaimin Iskandar dan lain-lain. Ataupun apabila kita mendengar ada konflik didalam pelayanan, kita sudah segera mengetahui apa yang dimaksudkan, dan sebaliknya juga konflik tidak selalu membawa hal yang buruk tapi ada juga makna ataupun nilaii positif dari konflik itu. Konflik selalu melibatakan dua atau lebih sisi yang berlawanan, baik itu berhubungan dengan orang, peraturan, budaya, maupun benda-benda tertentu. Jikalau demikian halnya yang menjadi pertanyaan bagi kita “apakah konflik seuatu hal yang perlu kita hindari?”
Untuk menjawab pertanyaan itu maka terlebih dahulu kita harus berada pada pemahaman yang sama tentang makna konflik itu. Secara umum konflik diartikan sebagaii percekcokkan; perselisihan, pertentangan, atau ketegangan. Contoh sederhanya adalah konflik batin, yang artinya bahwa dalam diri seseorang terdapat dua atau lebih gagasan atau keinginan yang bertentangan seperti dalam memilih “tujuan hidup”-mengikuti keinginan duniawi atau mengikuti “jalan yang benar”. Hal ini biasanya akan mempengaruhi tingkah laku seseorang trsebut. Contoh lain yang dapat kita lihat atau alami langsung adalah konflik sosial yang artinya terdapat pertentangan/perlawanan /persaingan antar anggota masyarakat yang sifatnya universal. Konflik dapat terjadi apabila pihak-pihak yang bertentangan saling bertemu dan berbenturan.
Suatu perbedaan, ataupun yang bertentangan (berlawanan) jika dikelola dengan baik dan tepat (asal tidak berbenturan) akan memberikan dampak yang positif. Salah satu contohnya, didalam ilmu pengetahuan , aliran listrik pada dua kutub yang berbeda yang terdapat dalam sebuah baterai akan mengahasilkan tegangan (jangan dikontak langsung, akan terjadii hubungan pendek) yang dapat diperlukan untuk untuk menghasilkan aliran listrik. Jikalau hasil tegangan ini dikelola, diarahkan, diatur sedemikian rupa , tentu akan memberikan manfaat yang berguna untuk menerangi, ketika tegangan itu meneurun/hilang, maka terang suatu lampu juga hilang (padam). Contoh-contoh diatas sapat menjadi bahan atau dasar pemikiran bagi kita tentang makna dan pengaruh positif dan negatif suatu konflik.Dalam tulisan ini penulis mencoba meminjam definisi konflik yang dibuat oleh Stephen Robbins yang mengatakan bahwa “konflik (pertentangan) adalah suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah atau akan segera mempengaruhi secara negatif sesuatu yang menjadi perhatian pihak pertama. Artinya bahwa apabila dalam suatu kegiatan yang sedang berlangsung terdapat titik interaksi (titik permasalahan dalam hubungan satu dengan lainnya) yang saling bersilangan, maka titik tersebut berpotensi menimbulkan konflik antar pihak. Kemungkinan konflik yang terjadi dapat berbentuk/sifatnya kasar, terbuka, dan penuh kekerasan atau halus yang diwujudkan dalam ketidaksepakatan. Barangkali definisi diatas menambah pengetahuan atau membuka mata kita dalam memandang suatu konflik. Mungkin saja selama ini kita memiliki pandangan bahwa konflik sesuatu yang buruk (negatif/merugikan) sehingga harus dihindari akibat dari pada komunikasi yang buruk, kurang keterbukaan, kepercayaan antar orang-orang dengan para pemimpin ataupun mitra dan sebaliknya pimpinan tidak tanggap terhadap kebutuhan para bawahannya. Ataupun juga menganut pandangan bahwa konflik adalah kejadian yang wajar/tidak terhindarkan dalam organisasi sehingga harus diterima karena dapat dijadikan pendorong kinerja kelompok/organisasi itu sendiri. Maupun pandangan lainnya yang menganggap konflik adalah hal yng mutlak perlu dalam organisasi /kelompok agar kinerjanya efektif, karena adanya keterbukaan dalam menerima gagasan atau ide-ide segar dan baru yang muncul, yang pada akhirnya organisasi tidak bersifat kaku, demokratis, atau “yes man” dapat diminimalkan. Terlepas apa dan darimana kita memandang suatu konflik, namun yang perlu kita perhatikan bahwa secara umum konflik dalam organisasi/kelompok terjadi apabila terdapat dua atau lebih hal/pendapat yang berbeda atau bertentangan yang tidak dapat dikompromikan. Dan apabila masing-masing pihak yang berbeda pendapat itu bersih keras memaksakan pendapatnya sendiri atau kelompoknya, maka peluang terjadinya konflik yang berkepanjangan akan bisa terjadi dan menimbulkan perpecahan dalam kelompok/organisasi itu sendiri yang pada akhirnya juga akan menghambat kinerja organisasi/kelompok apabila konflik yang terjadi tersebut tidak diatasi dengan baik dan tepat. Dan hal ini dapat terjadi diorganisasi manapun tidak terkecuali organisasi pelayanan atau gereja.
(Disadur oleh Fasaoga, dari berbagai sumber)

Sumber Terjadinya Konflik Dalam Pelayanan/Gereja

Tahu Sumber Konflik, Tahu Mengatasinya

Adanya suatu konflik disebabkan adanya sumber konflik tersebut. Seorang pemimpin maupun orang yang berperan serta mengetahui sumber konflik sesungguhnya untuk dilakukan penyelesaian. Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya konflik :1. Filosofi kepemimpinan dalam geraja/pelayanan yang tidak tepat.2. Arti persekutuan (gereja/pelayan) yang sempit. Biasanya gereja/pelayanan hanya berkisar pada perhimpunan kehadiran dalam kebaktian dinilai sebagai kekristenan itu sendiri3. Gereja ataupun pelayanan tidak atau kekurangan tujuan yang pasti4. Masalah yang timbul bisa memicu adanya konflik. Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan fakta atau kondisi atau situasi normal yang sudah berubah menjadi tidak normal lagi. Ketidak normalan situasi dan kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor:a) Salah mengerti yaitu salah mengerti tindakan atau perkataan orang lain atau situasi dan kondisi. Salah mengerti ini meliputi: ketidakmampuan ‘melihat’ dengan jelas semua faktor/unsur yang terlibat; salah menafsirkan arti atau motif dibalik perkataan atau perbuatan seseorang; dan ketidak cocokkan; pertengkaran/ perselisihan karena kurang puas atas jawaban tau tindakan seseorangb) Salah menafsirkan tindakan ataupun perbuatan orang lain atau keadaan sekitar menyebabkan munculnya akar konflikc) Kekacauan. Seluruh data yang diperlukan tersedia, tetapi tidak tersusun secara kronologis atau tidak sesuai dengan kebiasaan berpikir kita.d) Konfrontasi-konfrontasi. Adanya hambatan pencapaian tujuan yang bisa nyata ataupun khayalan saja (gambaran mental saja) seperti kekhawatiran dan ketakutane) Kekurangan jawab yang diterima atau tidak sepaham dengan pemecahan-pemecahan yang diterapkan (kurang informasi)f) Sikap yang salah atau tidak bersifat kristiani. Kesulitan-kesulitan tidak ada kecuali kita menjadikan situasi normal berubah menjadi masalah. Jika harus memilih antara berorintasi pada “masalah” atau “situasi”, kesulitannya bukanlah terletak pada yang sedang terjadi melainkan pada sikap kita menghadapi persoalan itu.g) Keperluan secara fisik, psikologis dan spiritual tidak trpenuhi. Banyak hal yang diinginkan namun tidak semua hal diperlukan, oleh karena perlu adanya pemilahan anatara keduanya.Bagaimanakah Masalah Itu Dalam Kristen?
Jika orang pada umumnya menganggap bahwa konflik/masalah sesuatu hal yang buruk, mungkin bisa diterima karena fakta demikian yang mereka terima. Konflik (permasalahan) selalu melibatkan dua atau lebih sisi berlawanan, baik yang berhubungan dengan orang, peraturan, budaya, maupun benda-benda. Dalam hidup orang Kristen apakah hal ini sesusatu yang perlu kita terima atau ditolak? Yakobus 1:2-5 coba menjawab pertanyaan ini.”Adalah suatu kebahagiaan jika orang Kristen jatuh dalam pencobaan karena hal itu akan menjadikannya sempurna. Bagi orang Kristen masalah bukan sesuatu yang buruk sehingga dihindari. Akan tetapi masalah itu merupakan ujian bagi orang Kristen kearah yang lebih baik. Situasi apapun akan dapat menjadi masalah (menimbulkan konflik apabila kita merasa atas persoalan itu tetapi kita tidak mendapatkannya. Hal tersebut tidak dapat bahwa harus ada jawab diterima sebagai bagaian dari situasi yang normal; hal itu tidak dapat terselesaikan dalam waktu yang cukup lama. Dan sebaliknya masalah yang buruk akan menjadi pengalaman yang indah apabila firman Allah dalam Yakobus 1;2-4, kita terima suatu kebenaran firman Allah; akibat (dampak) dari pengalaman itu dapat ditafsirkan sebagai kemenangan; dan bersuka dalam duka, serta berlimpah dalam kemurahan dan memberi sesuai dengan kemampuan.