fotoku

fotoku
FOTOKU BERSAMA TEMAN-TEMAN SAAT BERKUNJUNG KE LOMPAT BATU

Selasa, Mei 05, 2009

PENGARUH MODEL CTL TERHADAP HASIL BELAJAR


BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah



Belakangan ini permasalahan pendidikan di Indonesia terus menjadi perbincangan diantara kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh hasil belajar yang rendah dari kebanyakan lulusan lembaga pendidikan di Indonesia khususnya lembaga pendidikan tingkat menengah atas yang hingga sekarang belum menunjukkan hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan, bahkan sebaliknya justru mengalami penurunan hasil belajar siswa (Baedhowi, “Pembentukan Karakter Diabaikan”, Kompas,18 November 2008, hal. 18).
Penurunan hasil belajar siswa ini juga dapat dilihat dari tingkat kelulusan siswa yang mengikuti ujian nasional. Dari data yang diperoleh, tingkat kelulusan siswa peserta Ujian Nasional 2008 mengalami penurunan dari 93% pada tahun 2007 menjadi 92% pada tahun 2008 atau turun 1% (depdiknas:2008). Demikian juga di Sumateran Utara, sebanyak 11.1392 siswa atau 4,08% siswa SMA tidak lulus UN dari standar kelulusan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) selaku lembaga pelaksana Ujian Nasional 2008, yang menetapkan salah satu kriteria peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata minimal 5,25 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan tidak ada nilai di bawah 4,25 (http://www.sfeduresearch.org/content/view/339/65/ lang,id/.).
Fakta lain yang menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa, dapat dilihat langsung di sekolah-sekolah. Itu tercermin dari perolehan nilai siswa di SMA Swasta Raksana Medan, salah satu sekolah yang ada di Medan. Selama kurun waktu lima tahun terakhir ini mengalami penurunan hasil belajar siswa. Dari informasi yang diperoleh dari kepala sekolah dan guru bidang studi akuntansi menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa disekolah tersebut, khususnya mata pelajaran akuntansi. Ini terbukti dari nilai rata-rata harian kelas yang di peroleh siswa menunjukkan siswa yang mendapatkan nilai diatas 80 sebanyak 10% dan nilai 60-80 sekitar 30%, dan sisanya di bawah 60 sekitar 60%.
Keberhasilan siswa dalam suatu proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor baik secara internal maupun secara eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri siswa tersebut seperti kesehatan, psikologis. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa dapat berupa keadaan sosial ekonomi keluarga, sarana prasarana sekolah, lingkungan tempat ia tinggal, kurikulum, kualitas guru, dan sebagainya. Seorang guru harus mampu memahami faktor-faktor ini dan merancang pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan menggunakan strategi dan metode pengajaran yang bervariasi sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan dan siswa mau aktif dalam proses belajar mengajar.
Akan tetapi metode pembelajaran yang umum digunakan oleh guru-guru disekolah adalah metode pembelajaran tradisional (MPT). Pada pola ini, peserta didik diposisikan sebagai objek pembelajaran sedangkan guru sendiri sebagai subjek. Kemudian Canra (2008:5) menyatakan “pembelajaran tradisional telah menjadikan peserta didik cenderung pasif dan apatis sehingga peserta didik tidak mengalami proses dari pembelajaran tersebut”. Seperti halnya yang terjadi di SMA Swasta Raksana Medan khusunya dalam mata pelajaran akuntansi, guru masih cenderung menjadi pusat yang memberikan pengajaran secara umum dan bersifat satu arah tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan siswa. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan bahan ajar dengan ceramah, memberi contoh soal untuk dikerjakan bersama-sama dikelas, dan memberi tugas di akhir pembelajaran untuk dikerjakan dirumah. Hal ini menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar akuntansi siswa disekolah tersebut.
Untuk itu dalam mengajarkan akuntansi diperlukan pengajaran yang mendorong siswa mau mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupannya sehingga siswa dituntut untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Agar hal ini dapat tercapai, maka guru sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa harus mampu melakukan pengajaran yang efektif dan efisien dengan merancang model pembelajaran yang sesuai dan strategi serta metode yang bervariasi sehingga pembelajaran menarik dan tidak membosankan bagi siswa.
Salah satu model pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar adalah model pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
(Makalah ini disampaikan pada seminar proposal untuk diteliti oleh Fasaoga. Dilarang menjiplak/mencopy isi makalah ini tanpa seizin penulis)

1 komentar:

Silakan berikan komentar anda