fotoku

fotoku
FOTOKU BERSAMA TEMAN-TEMAN SAAT BERKUNJUNG KE LOMPAT BATU

Sabtu, Oktober 02, 2010

Menjadi Alumni: Mewujudkan Impian Dan Pembuktian

Memperoleh sebuah pekerjaan adalah suatu impian setiap orang apalagi jika seseorang telah memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Rasanya mulia sekali apabila mendapatkan pekrjaan yang baik. Walau sesungguhnya jauh lebih mulia jika seseorang mendapat kesempatan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sebab dengan memperkerjakan orang lain berarti kita telah berpartispasi membangun kesejahteraan negeri sehingga maafaatnya jauh lebih besar ketimbang kita hanya bekerja di perusahaan milik orang lain. Menjadi pencari kerja (job seeker) ataupun menjadi pembuka lapangan pekerjaan (job creator) memiliki kesamaan yaitu siap menghadapi tantangan (persaingan) yang ada khsusnya dalam hal kemampuan yang dmiliki. Pekerja yang memiliki kemampuan lebih bagus akan memperoleh banyak kesempatan yang baik, tetapi pekerja yang berkemampaun kurang memadai akan kesulitan memperoleh kesempatan itu dan bersiaplah untuk tersingkir dari kompetisi yang mungkin pesertanya adalah merupakan bawahan anda sendiri. Bagi orang yang profesional dan sportifitas, situasi demikian bukanlah hal yang sulit bagi dia untuk dilalui, dia akan dengan legowo menerimanya. Tapi bagi orang yang rakus hal ini akan menjadi bumerang bagi perjalanan karirnya sehingga dia akan berusaha dengan menggunakan cara-cara yang tidak benar untuk meraih segala impiannya. Pekerja yang merasa tertekan menghadapi tantangan dalam pekerjaan disebabkan oleh pekerja itu semakin menyadari dirinya kurang mampu mengerjakan pekerjaan tersebut. Tentu saja berbeda hal jika faktor ketertekanan yang timbul akibat pola yang tidak baik atau diluar prosedural. Dalam keadaan demikian seorang pekerja harus bersikap konsisten, tegas, dan berani. Apapun itu jenis pekerjaan yang dilakukan pasti selalu ada tantangan (masalah). andaikan tidak punya pekrjaan saja ada tantangannya, apa lagi kalau bekerja. Persoalannya bagaimana seseorang menghadapi dan menyelesaikan tantangan itu dengan baik. Disinilah seseungguhnya kemampuan dan kepemimpinan seseorang akan diuji. Apakah ketika datang tantangan seseorang mengambil cara pintas ---mengikuti arus, lepas tangan, pasrah--- ketimbang berpikir dan berusaha mencari solusi (tindakan) yang terbaik untuk dilakukan. Seorang pekerja dan pemimpin yang baik, ketika menghadapi tantangan akan berprisnsip berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.
Suka duka menjadi pekerja
Bekerja diperusahaan kepunyaan orang lain baukanlah perkara mudah, suatu saat kita bisa didepak jika tidak kompeten lagi dalam bekerja, baik itu oleh manajemen, maupun karena persaingan antar rekan kerja. Biarpun demikian, pekerja akan menikmati pekerjaan itu jika apa yang dia kerjakan itu menganggapnya sebagai kepunyaannya, dalam bekerja anda dituntut professional. Pekerja yang professional tidak akan cemas jika dirinya harus dikeluarkan dari pekrjaannya, dia akan berpikir positif, optimis menghadapinya dan akan melakukan usaha yang lebih baik lagi dalam karirnya. Hal serupa juga berlaku bagi orang percaya bahkan mestinya melebihi orang yang professional, kita berpikrir untuk menginstropeksi diri dan mempebaiki segala kekurangan yang pernah ada serta tidak mengabaikan campur tangan Tuhan dalam segala yang kita kerjakan dan kita pikirkan. Barangkali selama ini cenderung terlalu enjoi dengan keadaan sehingga lupa dengan yang diatas, bersikap minder dalam bekerja sehingga potensi yang anda miliki tidak tampak, menjadi pekerja yang kurang bertanggung jawab, kurang displin bekerja, sering lalai (tidak teliti) dalam bekerja, kurang mau belajar dan sebagainya. Bagi seorang pekerja yang tidak menyadari dan tidak terlatih dan terbiasa aspek demikian akan menjadikan dirinya kaku bahkan frustrasi dalam bekerja yang secara perlahan akan membawanya pada sikap mengeluh, mengerutu, dan tidak nyaman dalam bekerja. Tidak mengherankan jika ada teman kita selama menjalani studi biasa-biasa saja dalam hal akademik tetapi ketika bekerja dia berada diatas orang yang punya nilai akademik lebih baik. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk menjadi pekerja atupun pencipta lapangan pekerjaan yang bisa diantisipasi dan dipersiapkan sejak dini sebelum masuk dalam dunia kerja. Misalnya belajar berorganisasi yang baik ditengah-tengah kampus, mencari pengembangan diri diluar aktivitas perkuliahan, dan sebagainya. Tangatangan lain yang barangkali dihadapi dalam bekerja adalah apabila ada pihak ----mungkin itu pihak manajemen atau pihak lain---- meminta anda bekerja diluar prosedur yang berlaku, mungkin dengan cara-cara yang tidak benar. Terlebih jika yang meminta anda adalah orang yang berpengaruh dalam perusahaan, misalkan manejer, kreditor, dll.
Ada banyak tantangan yang akan dihadapi dan bisa datang kapan saja. Begitu juga halnya dengan saya, tantangan pertama sebelum mulai bekerja adalah saya akan ditempatkan didaerah yang jauh dan masyakatnya yang cenderung keras. Ini tidak menyurutkan niat saya bekerja sebab saya menyadari tantangan itu dimana saja pasti ada. Dalam perjalanan kerjapun selanjutnya ini saya alami, dimana saya dan teman kerja yang satu bagian dengan saya dicurigai memanipulasi data hasil penjualan pelanggan yang mengakibatkan laporan hasil penjualan terjadi selisih yang signifikan hingga lebih dua ratus juta rupiah. Hampir semua rekan kerja menunjukkan kecurigaan yang sangat tinggi pada kami bahkan mulai ada sikap menyudutkan, disisi lain kami juga tidak percaya ini bisa terjadi sehingga membuat diri saya cemas. Kecurigaan mereka ini kami anggap wajar saja karena kami yang memegang database data pelanggan dan data hasil penjualan. Dengan mengabaikan rasa bingung dan cemas itu kami berusaha mencari penyebabnya, dan akhirnya ditemukan ternyata kesalahan itu terletak pada system yang diterapkan dan salah entri hasil penjualan dibagian keuangan. Tekanan yang datang dari mana dan kapan saja itu tidak bisa mutlak dan langsung kita hindari, tergantung pihak yang punya kepentingan. Pemangku kepentingan melakukan penekanan mana kala kita bekerja tidak sesuai permintaannya tapi menurut prosedur. Pernah juga saya diminta untuk memanipulasi data pelanggan oleh orang pihak ketiga dengan iming bagi hasil hingga ratusan ribu rupiah per pelanggan, hal yang cukup menggiurkan saya rasa. Tapi itu bukan pekerjaan yang baik untuk saya kerjakan, sehingga akhirnya saya memutuskan berkata pada orang itu: “hal itu tidak bisa dilakukan, dan jikapun memungkinkan untuk dilakukan saya tidak akan melakukannya”. Dari pihak dalam perusahaanpun datang godaan demikian dimana sebagian pihak manajemen meminta saya untuk “memanipulasi data hasil penjualan yang bernailai puluhan juta rupiah” dan setelah itu laporan akan disesuaikan. Permintaan demikian membuat saya berada dalam situasi dilematis, antara mengikuti perintah atasan atau mengingkari diri saya sendiri dan melanggar prosedural kerja. Saya harus memberanikan diri mengungkapkan yang menurut saya sesuai prosedur, saya mengajukan dua opsi: pertama, ini tidak bisa dilakukan karena tidak sesuai dengan data fisik yang ada; opsi kedua jika hal ini dilakukan maka kita harus membuat berita acara resmi pelaksanaannya secara detail. Ternyata opsi ini telah menyurutkan niat mereka memaksa saya melakukan manipulasi tadi. Yang meskipun kondisi ini membuat kondisi saya bekerja pada hari-hari bekerja selanjutnya sering mengalami tekanan jika terjadi kesalahan sedikti saja, tapi saya pantas berterimaksih keadaan itu tidak berlangsung lama, perlahan membaik. Mungkin yang saya perlukan adalah kehati-hatian dalam bekerja. Bagi saya pekerjaan adalah bagian dari pertanggung jawaban oleh sebab itu saya harus bekerja lebih baik lagi.
Rekan kerja bisa juga menjadi tekanan (tantangan) kepada saya, mana kala rekan kerja itu kurang terampil dalam bekerja, gagap teknologi (gaptek) seperti halnya yang pernah saya alami dimana saya diperhadapkan langsung dengan komplain pelanggan berkaitan dengan kesalahan data pelanggan yang bersangkutan. Tekenan bahkan ancamanpun terlontar dari pelanggan tersebut, yang walaupun sebenarnya yang terjadi bukan karena data yang saya berikan salah tetapi petugas yang membaca data yang kurang cermat. Ini sempat membuat hubungan saya dengan rekan kerja kurang baik karena dia tidak terima dipersalahkan membaca data. Namun hubungan itu lambat laun menjadi normal. Ternyata sebuah pelajaran baru saya dapatkan bahwa: mengajari orang bodoh bukan dengan kepintaran tetapi dengan kebijaksanaan. Mungkin bukan saya yang pintar mengajarkan kepadanya hal-hal baru tetapi yang harus berusaha bijaksana mengajarkan kepadanya hal baru itu.
Tantangan demi tantangan yang dihadapi terkadang mempengaruhi hubungan pribadi dengan Tuhan, sulit menikmati hidup , merasa jenuh menghadapi semua rentetan masalah yang datang. Masalah satu belum selesai masalah baru sudah datang baik dari dalam diri sendiri, lingkungan sekitar, dan keluarga. Tapi itu tidak bisa kita lewatkan begitu saja (diabaikan) tanpa usaha menyelesaikannya, jika tidak, maka malahan itu tidak akan pernah selesai dan suatu saat akan muncul lagi mengganggu anda. Pengalaman jatuh bangun dimasa lalu telah menjadi pelajaran berharga bagi saya saat ini, saya menjadi kuat menghadapinya sekarang. Jika dimasa lalu bisa bangun dari kejatuhan itu, maka sama halnya dengan sekarang harus berusaha bisa bangun dari keterjatuhan itu. Berusaha berjuang dan melangkah lagi meskipun saya telah jauh dari komuntitas teman-teman seiman dan ketiadaan teman seiman untuk berbagi. Namun percaya bahwa ada sahabat yang jauh lebih memperhatikan saya setiap saat yaitu Yesus. Tanpa pertolongan DIA, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Semakin besar kekuatiran saya berarti semakin jauh saya dari Tuhan, semakin jauh dari Tuhan maka semakin berkurang sukacita. Itulah kalimat yang sering menguatkan saya dalam melalui segala pergumulan yang ada sehingga sampai sekarang saya masih komitmen melakukan hubungan dengan Tuhan. Saya merindukan anak-anakNYA yang tertidur tergerak hatinya untuk mau bersekutu dan melayani DIA.
Bagi saudara-saudara yang seiman yang terkasih dalam Yesus Kristus, agar tetap memperlengkapi diri sebelum menghadapi dunia alumni ----bersiap dalam hal akademik-kepememimpian-mental-dan iman kepada Tuhan----, sebab tantangan itu akan tetap ada dan datang kapan saja. Menjadi alumni bukan berarti berhenti belajar, tetapi mewujudkan impian semasa menjalani studi dan menyatakan diri anda sesungguhnya. Iman, kompetensi, kepemipinan anda akan diuji. Alasan ketidaksempurnaan akan menjerumuskan anda jatuh semakin dalam dan tenggelam serta hilang bagai ditelan bumi. Jika saat kesibukan seorang mahasiswa kita bisa bersekutu dengan sesama dan Tuhan serta melayani DIA, terlebih lagi setelah menjadi alumni yang hampir tidak ada bedanya dengan kesibukan saat mahasiswa. Yang ada adalah kekurangsiapan yang baik seorang mahasiswa menjadi alumni dalam mengendalikan tantangan. Lebih banyak menang tantangan ketimbang orang yang menghadapi tantangan. Kesiapan menjadi alumni sangat dibantu oleh bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul saat mahasiswa baik ditengah kampus, lingkungan sekitar, dan pelayanan. Dengan terbiasa menghadapi persoalan yang ada akan membuat kita semakin terlatih mental, terbiasa memecahkn masalah yang pada akhirnya melatih diri diri sendiri secara alami. Memasuki dunia alumni adalah mengaplikasikan diri bahkan diperhadapkan pada hal-hal yang tidak biasa dirasakan, dilakukan saat mahasiswa namun bukan berarti kita diajak mengikuti arus. Kiranya kita sebagai orang yang telah percaya pada Tuhan yang adalah yang empunya segalanya menjadi aktor agent of change ditengah masyarkat, bangsa dan Negara bukan menjadi change agent to be bad.
(Ditulis oleh Fasaoga Zebua, S.Pd, Alumni’04 FE-Unimed, bekerja di Perusahaan Swasta di Medan, email: fgzebua@gmail.com, situs: www.zohito.blogspot.com FB: Yoga Zebua, HP: 0852-9619-6929).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar anda